Rabu, 19 November 2014

makala budaya organisasi



TUGAS  :  PERILAKU ORGANISASI


BUDAYA ORGANISASI




O L E H

NAMA               :  WA ODE DEWI
STAMBUK       :  21110035
KELAS              : IV C (Khusus)


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI (UMK)
 2014


KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Perilaku Organisasiini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul  Budaya Organisasi
Harapan saya semoga makalah ini bisa meberikan manfaat bagi yang membacanya.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak agar saya bisa membuat makalah yang labih baik lagi dari ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.



Kendari,  Desember 2014

                                                                            
                                   Wa ode dewi
Penyusun,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR                       …………………………………….   i
DAFTAR ISI                                      ….…………………………………   ii

BAB I. PENDAHULUAN               
A.    Latar Belakang              ….…………………………………………   1
B.     Rumusan Masalah         …………………………………………….   2

BAB  II.  PEMBAHASAN
A.    Pengertian Budaya Organisasi……………………..   
B.     Fungsi Budaya Organisasi…………………………….           
C.     Ciri – Ciri Budaya Organisasi……………………………
D.    Tipologi Budaya Organisasi……………………………..
E.     Defenisi Konsep Budaya Organisasi Berdasarkan Landasan Teori
F.      Penerapan Budaya Organisasi Pada Unifersitas Muhammadiyah Kendari

BAB III. PENUTUP
A.    KESIMPULAN                        ……………………………………………...
B.     SARAN             ……………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA                        ……………………………………………...


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Akhir-akhir ini istilah budaya organisasi (organizational culture) banyak dijumpai di berbagai media, para ahli, praktisi maupun akdemisi telah banyak melakukan analisis dan kajian berkaitan dengan budaya organisasi. Diskusi maupun seminar telah banyak diselenggarakan untuk mengungkapkan berbagai substansi yang berkaitan dengan pengembangan budaya organisasi, fungsi dan pengaruh serta manfaatnya untuk sebuah organisasi. Kondisi ini menunjukkan bahwa budaya organisasi memang dirasakan sangat penting dan memiliki manfaat baik langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan organisasi, tertutama dalam kancah persaingan yang semakin ketat. Para ahli berpendapat bahwa definisi budaya organisasi memiliki tiga hal yang merupakan ciri khas dari budaya organisasi tersebut, antara lain: 1) dipelajari, 2) dimiliki bersama, dan 3) diwariskan dari generasi ke generasi. Factor yang paling penting bagi organisasi adalah bagaimana seorang pemimpin, ketua ataupun manajer sebuah organisasi dapat menciptakan dan memelihara suatu budaya organisasi yang kuat dan jelas. Seorang ahli perilaku organisasi Eliott Jacquest menyebutkan bahwa perilaku organisasi adalah: “the customary or traditional ways of thinking and doing things, which are shared to a greater or lesser extent by all members of the organization and which new numbers must learn and least partially accept in order to be accept into the sevice of the firm” artinya budaya organisasi adalah cara berfikir dan melakukan sesuatu yang mentradisi, yang dianut bersama oleh semua anggota organisasi dan para anggota baru harus mempelajari atau palling sedikit menerimanya sebagian agar mereka diterima sebagai bagian dari organisasi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian tentang budaya organisasi?
2.      Bagaimana fungsi budaya organisasi?
3.      Bagaimana cirri - ciri budaya organisasi?
4.      Seperti apa tipe – tipe budaya organisasi?
5.      Bagaimana defenisi konsep budaya organisasi berdasarkan landasan teori?
6.      Bagaimana penerapan budaya organisasi pada unifersitas muhammadiyah kendari?

BAB 11
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota,  yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya.Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisai
           Budaya organisasi dapat mempengaruhi cara orang dalam berperilaku dan harus menjadi patokan dalam setiap program pengembangan organisasi dan kebijakan yang diambil. Hal ini terkait dengan bagaimana budaya  itu mempengaruhi organisasi dan bagaimana suatu budaya itu dapat dikelola oleh organisasi. Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
Menurut Robbins (2003) pengertian budaya organisasi adalah sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi lain. Sistem makna bersama ini, bila diamati dengan lebih seksama, merupakan seperangkat karakteristik utama yang dihargai oleh suatu organisasi. Budaya organisasi berkaitan dengan bagaimana karyawan mempersepsikan karakteristik dari suatu budaya organisasi, bukan dengan apakah para karyawan menyukai budaya atau tidak.
Budaya merupakan konsep penting untuk memahami masyarakat dan kelompok manusia dalam jangka  waktu yang panjang, tak terkecuali di dalam sebua organisasi. Mengidentifikasi dan memahami budaya organisasi mempengaruhi keberhasilan dalam hal intelektual dan financial dalam perusahaan. Menurut Mowat (2002) budaya organisasi adalah “the personality of the organization: the shared beliefs, values and behaviours of the group. It is symbolic, holistic, and unifying, stable, and difficult to change.”
Menurut pandangan Davis (1984):“Pengertian budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasionalyang dipahami, dijiwai dan dipraktikkan oleh organisasional sehingga polatersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar berperilaku dalam organisasional”. Budaya organisasi merujuk kepada suatu sistem pengertian bersama yang  dipegang oleh anggota­anggota suatu organisasi, yang membedakan organisasi tersebut dari organisasi lainnya.
Budaya organisasi adalah apa yang dipersepsikan karyawan dan cara persepsi itu menciptakan suatu pola keyakinan, nilai, dan ekspektasi. Schein (1981) dalam Ivancevich et.al., (2005) mendefinisikan budaya sebagai suatu pola dari asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu saat belajar menghadapi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang telah berjalan cukup baik untuk dianggap valid, dan oleh karena itu, untuk diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi, berpikir dan berperasaan sehubungan dengan masalah yang dihadapinya.
Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
a.       Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b.      Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c.       Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
d.      Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
e.       Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam
penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.
f.       Schein (1992) memandang budaya organisasi sebagai suatu pola asumsi-asumsi mendasar yang dipahami bersama dalam sebuah organisasi terutama dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Pola-pola tersebut menjadi sesuatu yang pasti dan disosialisasikan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi. Lebih jauh lagi Schein menggambarkan adanya tiga tingkatan atau lapisan budaya organisasi, yaitu :
1.      Artifak  (Artifacts)
Artifak merupakan tingkat budaya yang tampak dipermukaan. Termasuk dalam artifak adalah semua fenomena yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan Ketika seseorang memasuki sebuah kelompok dengan budaya yang masin asing baginya. Termasuk dalam artifak juga adalah produk yang tampak (visible products) dari organisasi seperti rancangan lingkungan fisik, bahasa, teknologi, produk, kreasi artistik, gaya dalam berbusana, pengungkapan emosi, mitos dan cerita tentang organisasi, nilai-nilai organisasi yang dipublikasikan, ritual, perayaan-perayaan.
2.      Nilai-nilai yang diyakini (expoused values)
Dalam organisasi terdapat nilai-nilai tertentu yang umumnya dicanangkan oleh tokoh-tokoh seperti pendiri dan pemimpinnya, yang menjadi pegangan dalam menekankan ketidakpastian pada bidang-bidang yang kritis. Nilai-nilai itu menjadi sesuatu yang tidak lagi didiskusikan dan didukung oleh perangkat keyakinan, norma serta aturan-aturan operasional mengenai perilaku dalam organisasi.
3.      Asumsi-asumsi dasar (basic assumptions)
4.      Merupakan asumsi-asumsi dasar yang telah ada sebelumnya (taken for granted) dan menjadi panduan perilaku bagi anggota organisasi dalam memandang suatu permasalahan. Jika asumsi dasar dipegang teguh, maka anggota organisasi akan merumuskan perilaku berdasarkan pada kesepakatan-kesepakatan yang berlaku.
3 Tingkat Budaya Organisasi :

1.      Lapisan pertama mencakup artifak dan ciptaan yang tampak nyata tetapi seringkali tidak dapat diinterpretasikan. 
2.      Lapisan kedua terdapat nilai atau berbagai hal yang penting bagi orang. Nilai merupakan kesadaran, hasrat afektif, atau keinginan. 
3.      Lapisan ketiga merupakan asumsi dasar yang diciptakan orang untuk memandu perilaku mereka. Termasuk dalam lapisan ini adalah asumsi yang mengatakan kepada individu bagaimana berpersepsi, berpikir, dan berperasaan mengenai pekerjaan, tujuan kinerja, hubungan manusia, dan kinerja rekan kerja.
                       
B.     FUNGSI BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi budaya organisasi adalah sebagai tapal batas tingkah laku individu yang ada didalamnya. Secara alami budaya sukar dipahami, tidak berwujud, implisit dan dianggap biasa saja. Tetapi semua organisasi mengembangkan seperangkat inti pengandaian, pemahaman, dan aturan implisit yang mengatur perilaku sehari-hari dalam tempat kerja. Peran budaya dalam mempengaruhi perilaku karyawan semakin penting bagi organisasi. 
1.      Batas
Budaya berperan sebagai penentu batas-batas; artinya, budaya menciptakan perbedaan atau yang membuat unik suatu organisasi dan membedakannya dengan organisasi lainnya.
2.      Identitas
Budaya memuat rasa identitas suatu organisasi.
3.      Komitmen
Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan individu.
4.      Stabilitas
Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya adalah perekat sosial yang membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan standar mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan karyawan.
5.      Pembentuk sikap dan perilaku
Budaya bertindak sebagai mekanisme alasan yang masuk akal (sense-making) serta kendali yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku karyawan. Fungsi terakhir inilah yang paling menarik. Sebagaimana dijelaskan oleh kutipan berikut, budaya mendefinisikan aturan main:




C.    CIRI – CIRI BUDAYA ORGANISASI
Menurut Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:
1.      Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko.
2.      Perhatian terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap detail.
3.      Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4.      Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang di dalam organisasi itu.
5.      Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu.
6.      Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.
7.      Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik.
Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku (Robbins, 1996 : 289).











D.    TIPOLOGI BUDAYA ORGANISASI
Ada beberapa tipologi budaya organisasi. Kotter dan Heskett (1998) mengkategorisasi jenis budaya organisasi menjadi tiga yaitu budaya kuat dan budaya lemah, budaya yang memiliki kecocokan strategik, dan budaya adaptif. Organisasi yang berbudaya kuat biasanya dapat dilihat oleh orang luar sebagai memilih suatu gaya tertentu. Dalam budaya organisasi yang kuat ini nilai-nilai yang dianut bersama itu dikonstruksi ke dalam semacam pernyataan misi dan secara serius mendorong para manajer untuk mengikutinya. Karena akar-akarnya sudah mendalam, gaya dan nilai budaya yang kuat cenderung tidak banyak berubah walaupun ada pergantian pimpinan.
Sejalan dengan itu, Robbins (1990) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan budaya yang kuat adalah budaya di mana nilai-nilai inti dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti dan makin besar komitmen mereka pada nilai-nilai itu, maka makin kuat pula budaya tersebut. Sebaliknya organisasi yang berbudaya lemah, nilai-nilai yang dianut tidak begitu kuat sehingga jatidiri organisasi tidak begitu menonjol dan kemungkinan besar nilai-nilai yang dianut pun berubah setiap pergantian pimpinan atau sesuai dengan kebijakan pimpinan yang baru.
Tipopologi yang lain dikemukakan oleh Deal & Kennedy yang memilah budaya organisasi kedalam empat kategori budaya berdasarkan dua faktor utama, yaitu :
1.      Derajat resiko dalam kegiatan bisnis
2.      Kecepatan perusahaan atau manajemen dalam mendapatkan umpan balik atas keputusan atau strategi.
Ke empat kategori budaya tersebut adalah :
1.      The tough-guy, Macho Culture
2.       The work hard culture
3.       The bet-your company culture
4.        The process culture






E.     DEFENISI KONSEP BUDAYA ORGANISASI BERDASARKAN LANDASAN TEORI
1.      Teori Budaya Organisasi oleh Edgar H. Schein
Edgar H. Schein mendefinisikan budaya sebagai berikut : “culture is a pattern of shared tacit assumptions that was learned by a group as it solved its problems of external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think, and feel in relation to those problems”.
Schein menitikberatkan pada frasa a pattern of shared tacit assumptions yang secara umum sering kali dimaknai seperti “sebagaimana cara yang dilakukan orang-orang disini”. Ia juga menyatakan culture is deep, tidak bisa memperlakukan budaya sebagai fenomena yang superficial saja. Budaya sebagai segala bentuk akumulasi cara berpikir, cara bekerja, perasaan, kebiasaan  yang dipelajari oleh anggota-anggota organisasinya.
Schein membagi budaya menjadi tiga “level”, mulai dari “level” yang paling kasat mata sampai “level” yang tidak terlihat dan hanya bisa dirasakan. Yaitu :
1.      Artifacts : struktur, bentuk dan proses yang bisa dilihat secara kasat mata, dirasakan langsung dan didengar dari suatu organisasi.
2.      Espoused values : strategi, tujuan dan filosofi suatu organisasi.
3.      Underlying assumptions : pikiran, perasaan, persepsi, keyakinan yang keberadaannya disadari atau tidak disadari sebagai sumber utama dari nilai-nilai dan tindakan dari anggota organisasi.
2.       Teori Budaya Organisasi oleh Stephen P. Robbins
Stephen P. Robbins mendefinisikan budaya sebagai sesuatu yang elusive, intangible, implisit dan diterima apa adanya. Sedangkan budaya organisasi didefinisikan sebagai berikut: “refers to a system of shared meaning held by members that distinguishes the organization from other organizations”.
Robbins menilai bahwa budaya organisasi dapat dikuantifikasi, ia melakukan penilaian budaya organisasi melalui metodologi kuantitatif dengan metode survey. Survey dilakukan dengan mengukur ke tujuh elemen budaya organisasi. Pemilik dan pimpinan organisasi dapat merumuskan dulu sejauhmana kondisi dari setiap elemennya. Misalnya, pemilik menginginkan organisasi yang agresif dan dinamis maka tingkat agresifitas organisasi diharapkan tinggi dan stabilitas rendah, nilai ini kemudian diukurkan kepada anggota organisasi, apakah sesuai dengan harapan pemilik dan pimpinan.
F.     PENERAPAN BUDAYA ORGANISASI PADA UNIFERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
Perguruan tinggi adalah salah satu organisasi pilar budaya bangsa dan pembentuk karakter bangsa. Budaya perguruan tinggi yang kuat dan budaya tersebut melalui proses sosialisasi yang baik dapat mempengaruhi keseluruhan karakter bangsa. 
bila perguruan tinggi ingin melakukan penilaian terhadap budaya organisasinya, langkah pertama yang sebaiknya dilakukan adalah dilakukan penelitian dengan menggunakan konsep dan metode yang dikemukakan oleh Schein. Karena untuk menggali nilai-nilai budaya yang implicit, intangible dan tacit tidak mungkin dapat dilakukan dengan menggunakan survey dan ukuran-ukuran yang dikemukakan oleh Robbins. Konsep dan metode Schein dapat mengurai dan melihat kekuatan dan kedalaman (strength and depth) sebuah budaya organisasi. Kekuatan dan kedalaman sebuah budaya organisasi merefleksikan (1) kekuatan dan dan kejernihan pendiri dan pemimpin organisasi;  (2) jumlah dan intensitas pengalaman bersama yang anggota organisasi memiliki, (3) tingkat keberhasilan yang organisasi memiliki (Schein, 2009).
Pimpinan perguruan tinggi, para professor dan dosen adalah para agen pembangun budaya. Metode yang dikemukakan oleh Schein memungkinkan para agen pembangun budaya ini melakukan self-analysis ketika mengkaji menilai budaya yang ada dalam perguruan tingginya. Apakah karakter, kebiasaan, nilai dan keyakinan mereka masing-masing sudah menunjukkan hal yang positif yang dapat ditiru dan dipelajari oleh siswa dan anggota organisasi lainnya.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Penelitian mengenai budaya organisasi berupaya mengukur bagaimana anggota organisasi tersebut memandang organisasi mereka:
Ø  Apakah mendorong kerja tim?
Ø  Apakah menghargai inovasi?
Ø  Apakah menekan inisiatif?
B.   SARAN

Ø  Perguruan tinggi sepatutnya melakukan kajian budaya organisasinya untuk mengetahui karakteristik dan elemen-elemen yang kuat yang ada di dalamnya untuk “ditularkan” kepada masyarakat.
Ø  Penilaian / kajian budaya organisasi perguruan tinggi sebaiknya diawali dengan metodologi kualitatif eksploratif deskriptif agar dapat diketahui dengan mendalam dan mendetil profil budaya yang ada sekaligus untuk menjawab persoalan-persoalan sulit yang dihadapi selama ini.
Ø  Setelah itu, dapat dilakukan kajian / penilaian yang menggunakan metodologi kuantitatif yang selanjutnya dapat dikaitkan dengan motivasi kerja, kepuasan kerja dan kinerja anggota organisasi.





A.     
DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P. (2005).  Organizational Behavior. 11th ed. Prentice Hall. New Jersey.
Schein, Edgar H. (2009). The Corporate Culture Survival Guide. Jossey-Bass Publ. San Fransisco.
http://www.psychologymania.com , 4 juli 2013 , 20.00 WIB

http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-budaya-organisasi.html  , 4 juli 2013 , 20.20 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_organisasi  , 4 juli 2013 , 20 WIB.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar